Senin, 23 Mei 2011

DAS Di Aceh Kritis

BANDA ACEH. Banjir yang kerap melanda lebih dari tujuh kabupaten/kota di wilayah pantai barat-selatan, pantai timur dan wilayah tengah Aceh, diyakini terjadi karena tingkat kerusakan wilayah hulu berbagai daerah aliran sungai di Aceh semakin tinggi. Penebangan hutan yang tidak terkontrol mengakibatkan banjir setiap tahun melanda semua wilayah ini.

Namun sampai hari ini tidak ada aksi nyata dari berbagai elemen masyarakat dan pemerintah setempat untuk menanggulanginya. Pemerintah terkesan menutup mata atas terjadi kerusakan hutan di Aceh.

Data Wahana Lingkungan Hidup Aceh tahun 2006, kerusakan DAS mencapai 46,40 persen atau 714.724 hektar (ha) dari 1.524.624 ha total luas DAS. Kawasan DAS yang kritis terjadi di pantai timur Aceh, seperti DAS Peusangan, yang merupakan wilayah sumber air lima kabupaten/kota, diantaranya Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah. Diperkirakan kerusakan rata-rata di atas 70 persen.

Data dari Balai Pengelola DAS Krueng Aceh Departemen Kehutanan, tahun 1999-2008, banyak terjadi pengurangan luasan DAS, termasuk didalamnya luasan daerah resapan air karena pembalakan liar. Kerusakan terparah terjadi di DAS Krueng Aceh. Bila pada tahun 1999, luas tutupan lahan DAS tersebut masih sekitar 207.740 hektar, pada tahun 2008, luas tutupan lahan DAS tersebut hanya mencapai 172.370 hektar saja.

Kemudian, DAS Krueng Peusangan yang semula luasnya mencapai 297.080 hektar, tahun 2008 ini luasannya hanya mencapai 235.975 hektar saja. Begitu juga dengan DAS Krueng Jambo Aye (Aceh Utara), semula luasan lahannya mencapai 533.816 hektar, sekarang hanya mencapai 485.955 hektar saja. Afsan

1 komentar:

Rita mengatakan...

kalau menurut masyarakat, DAS kritis tuh seperti apa kriterianya? kalau ini khan merujuk ke data dan angka milik pemerintah yg kita tidak juga bagaimana angka ini didapat.