Senin, 23 Mei 2011

KONDISI EKOSISTEM DAERAH ALIRAN SUNGAI DI ACEH

Luas daratan yang dipetakan di Provinsi Aceh sekitar 5.650.564 Ha yang terdiri dari penutupan lahan yang didominasi oleh Hutan lahan kering primer dengan luas mencapai 1,19 Juta Ha (21,118%) kemudian hutan lahan kering sekunder dengan luas 1,02 juta Ha (18,067 %). Selanjutnya pertanian lahan kering campur semak seluas 448 ribu Ha ( 7,929 %), semak belukar seluas 402 ribu Ha (7,115 %). Tanah terbuka seluas 161,42 ribu Ha (2,857 %). Pertanian lahan kering seluas 141,43 ribu Ha (2,5 %), dan perkebunan hasil interpretasi seluas 65,32 ribu Ha (1,16 %). Pada proses interpretasi citra satelit tersebut terdapat kekosongan data karena tutupan awan yang berkisar 2,05 juta Ha (36,418 %) dari total luas wilayah provinsi Aceh.

EKOSISTEM DAERAH ALIRAN SUNGAI DI ACEH KRITIS

Umumnya bencana tersebut berkaitan erat dengan menurunnya daya dukung lingkungan hidup, khususnya Daerah Aliran Sungai (DAS). Terutama karena rusaknya kawasan hulu dan tengah DAS di sejumlah lokasi dalam Provinsi NAD. Kerusakan tersebut umumnya terjadi akibat kegiatan perambahan hutan (Illegal enroatcment)dan penebangan kayu yang melanggar hukum (Illegal logging).

Perambahan hutan (Illegal Enroacment) dan Penebangan kayu haram (Illegal Logging) tersebut berlangsung pesat karena adanya celah kekosongan pengawasan apartur negara sebagai akibat diberikannya ijin konversi hutan untuk usaha perkebunan dan perkayuan serta oleh rencana-rencana pembangunan infrastruktur di dan sekitar kawasan hutan lindung dan konservasi yang menjadi hulu sejumlah DAS di Aceh.

Adapun DAS yang kondisi nya sangat kritis dan potensial menimbulkan bencana lingkungan hidup lanjutan di Aceh adalah sebagai berikut:

No. Nama Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Luas DAS (Ha) per-Kabupaten Luas Areal DAS Rusak (Hektar) Prosentase Perusakan
1. Krueng Peusangan

(Wilayah Hulu, Tengah dan Hilir)

-Aceh Barat

-Aceh Jeumpa

-Aceh Tengah

-Aceh Utara

2.134,67

69.523,91

173.257,24

7.153,99

103,05

58.498,27

107.477,03

6.114.23

4,83 %

84,14%

62,07%

85,47%

2. Krueng Meurebo -Aceh Barat

-Aceh Tengah

145.994,50

46.764,90

59.436,45

17.706,99

40,71%

37,86%

3. Krueng Aceh - Aceh Besar

- Pidie

160.465,00

12.904,00

111.812,00 64,49%
4. Krueng Tripa -Nagan Raya

-Gayo Lues

84.729,73

211.716,62

32.300,71

80.771,81

38,12%

38,15%

5. Krueng Tamiang Aceh Tamiang 168.893,16 103.706,78 61,40%
6. Krueng Jamboaye -Aceh Tengah

-Aceh Timur

-Aceh Utara

302.202,35

120.619,89

31.168,16

85.087,07

40.604,78

11.105,21

28,16%

33,86%

35,73%


Total DAS 1- 6 10 Kabupaten 1.524.624,12 714.724,38 46,50%

Sumber: Interpretasi Citra Landsat TM 2001 dan Peta Rupa Bumi, Bakorsurtanal, Balai DAS Provinsi Aceh dan diolah Unit GIS RMID-LDP.

Jika direkapitulasi, maka pada 6 DAS utama yang membentang di 10 Kabupaten dalam Provinsi NAD yang berhasil kami pantau, terlihat bahwa dari total luas 6 kawasan DAS tersebut: 1.537.528,12 Ha, maka sekitar 46,50 % areal DAS tersebut telah mengalami kerusakan atau nilainya sama dengan 714.724,38 Ha.

Dari data tersebut, terlihat bahwa tingkat kerusakan kawasan DAS yang amat besar dan mengkhawatirkan telah terjadi pada DAS Krueng Aceh, DAS Krueng Peusangan, dan DAS Krueng Tamiang, dimana kerusakan sudah mencapai angka di atas 50%. Selanjutnya adalah pada: DAS Krueng Tripa danDAS Krueng Jamboaye yang angka kerusakannya sudah berada di atas 30%.


MUSIM KEMARAU; KEKURANGAN AIR

Selain bencana lingkungan seperti: banjir, longsor dan erosi yang frekuensi kejadiannya makin meningkat. Dampak dari meluasnya kerusakan hutan dan lahan di Aceh, khususnya pada kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) juga telah mengarah ke persoalan kekurangan air di musim kemarau. Meski keadaannya belum separah kondisi kekeringan di Pulau Jawa.

Berdasar analisis kebutuhan air untuk aktivitas: pertanian, industri, domestik, tambak pada beberapa daerah di Aceh ditemukan hal sebagai berikut:

  1. DAS Krueng Aceh (mencakup Kab. Aceh Besar dan Kota Banda Aceh) ditemukan data kekurangan air sebesar 506 juta m3/tahun atau sama dengan 16 m3/detik. Khususnya pada bulan-bulan kering. Sebaliknya pada bulan-bulan basah (musim hujan) terjadi kelebihan air sebesar 19,40 milyar m3/tahun. Yang biasanya menimbulkan daya rusak air (banjir di daerah dataran rendah dan longsor pada daerah dengan kemiringan tinggi).
  2. Pada DAS Krueng Pase– Krueng Peusangan (yang mencakup Kab. Aceh Tengah, Bireun, Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe terdapat data kekurangan air 829 juta m3/tahun atau sama dengan 26 m3/detik. Sebaliknya pada musim hujan terjadi kelebihan pasokan air mencapai 52 milyar m3/tahun. Yang biasanya juga menimbulkan daya rusak air (banjir di daerah dataran rendah dan longsor pada daerah dengan kemiringan yang tinggi). Afsan

(Sumber: Dinas Sumberdaya Air Prov. NAD, 2000)

2 komentar:

Rita mengatakan...

krueng tuh artinya apa dalam bahasa indonesia? kalau di lampung way tuh artinya sungai. misalnya way seputih. udah pernah liat khan blog nya febri di lampung?

Afifuddin mengatakan...

Krueng artinya Sungai