Kawasan seluas 750.000 hektar ini memiliki kekayaan aneka-ragaman hayati yang sangat penting di dunia selain memiliki fungsi-fungsi ekologis yang sangat bermanfaat terutama bagi masyarakat disekitarnya. Fungsi ekologis yang paling penting adalah penyedia sumber air sebagai salah satu kebutuhan pokok makhluk hidup disekitarnya.
Hutan Ulu Masen yang terdapat di wilayah bagian barat Provinsi Aceh merupakan satu-satunya kawasan penyedia jasa lingkungan di Aceh Jaya, Aceh Barat, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Besar dan Bireuen. Diperkirakan ada dua juta penduduk Aceh bergantung hidupnya dari keberadaan Hutan Ulu Masen. Pasokan air bersih, pertanian, perkebunan, irigasi, menggerakkan turbin listrik tenaga air, serta meminimalisir dampak bencana banjir dan longsor.
Peran Ulu Masen sebagai sumber kehidupan dua juta masyarakat Aceh merupakan fakta yang tak terbantahkan. Ratusan sungai besar dan kecil mengalir di Krueng Aceh, Krueng Teunom, Krueng Woyla, Krueng Meureudu dan Krueng Tiro merupakan salah satu jasa ekologi yang tak ternilai (lihat table-001, jenis DAS di Ulu Masen). Selain sumber Hidrogi, Ulu Masen juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber hasil hutan non kayu, seperti madu dan rotan yang dapat dikelola oleh masyarakat sekitar hutan sebagai sumber penghasilan. Hutan Ulu Masen juga berguna untuk menyerap gas karbon di udara sebagai penyebab kenaikan suhu permukaan bumi yang berdampak terhadap naiknya permukaan air laut.
Kawasan Ulu Masen memiliki variasi ketinggian yang beragam dengan dataran rendah dibagaian barat dan timur. Pergunungan bukit barisan membentang hampir tepat ditengah wilayah Aceh. Pergunungan yang terjadi karena lipatan lempeng bumi tersebut memunculkan gunung berapi diantaranya Gunung Seulawah, di Aceh Besar. Lipatan yang terjadi sebagian berasal dari lapisan sendimen yang berasal di bawah permukaan laut yang kemudian muncul menjadi deretan pergunungan. Salah satu contoh pergunungan kapur di daerah Lhkonga, Aceh Besar.
Kombinasi antara curah hujan yang tinggi dan topografi yang terjal dibagian tengah mengalirkan sungai-sungai besar ke pantai barat, seperti Krueng Teunom di Aceh Jaya dan Krueng Tripa di Aceh Selatan. Kawasan Hutan Ulu Masen merupakan tipe hutan dataran rendah hingga ke hutan pegunungan. Luas kawasan ini setara dengan luas Kepulauan Riau, cukup luas untuk di sambangi.
Rincian luas kawasan Ulu Masen ini meliputi Kabupaten Aceh Jaya dengan cakupannya seluas 266.573 hektar atau 36 persen dari total luas Ulu Masen. Kemudian di Pidie dan Pidie Jaya memiliki cakupan luas 264.283 hektar atau 36 persen. Diikuti Kabupaten Aceh Barat dengan luas 113.012 hektar atau 15 persen dan Kabupaten Aceh Besar memiliki cakupan luasnya 94.989 hektar atau 13 persen dari total luas kawasan Ulu Masen.
Keanekaragaman Hayati
Kawasan Ulu Masen merupakan rumah bagi sebagian satwa khas sumatera, seperti Gajah (Elephas maximus sumatranus), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Kucing Hutan (Felis bengalensis), Rusa Sambar (Cervus unicolor), Kancil dan Pelanduk (Tragulus sp), Wau-Wau Tangan Putih (Hylobates lar), Siaman (Hylobates syndatylus), Kedih (Presbytis thomasi), Lutung (Presbytis cristata), Beruk (Macaca nemestrina), Kera Ekor Panjang (Macaca Fascicularis), dan keberadaan Orangutan (Pongo abelii), masih merupakan penelitian lebih lanjut serta berbagai jenis burung seperti; Rangkong Papan (Buceros bicornis), Cucak Rawa (Pycnonotus zeylanicus), yang jumlahnya sudah menurun drastis. Kelompok hewan antrophoda adalah kelompok hewan yang menguasai dunia dari segi jumlah dan persebarannya, seperti, Krustase (Crustacea), Milliped (Diplopoda), Lipan (Chilopoda), Laba-Laba (Arachnida), dan serangga yang menarik seperti kupu-kupu dan capung. Berbagai jenis air tawar yang memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat yang tinggal disekitar hutan juga banyak terdapat disepanjang aliran sungai.
Tipe Hutan
Hutan Dataran Rendah
Setelah menyambangi dataran pinggir laut, dijumpai hutan denga kayu-kayu yang besar. Hutan dataran rendah Sumatera tidak hanya kaya akan kayu komersil, akar pencekik salah satu yang paling berhasil dalam persebarannya karena hubungan yang saling menguntungkan dengan satwa, tetapi setelah menempel di ujung pohon kayu yang tinggi dan kemudian menjulurkan akar ke tanah, setelah sampai ke tanah kemudian memperkuat batang dan perakarannya, dan secara perlahan mulai mencekik erat pohong inangnya hingga mati, pohon ini adalah penyedia buah-buahan di hutan dataran rendah.
Bunga berwarna-warni cerah mewarnai lantai hutan dataran rendah seperti, Raflesia, Rizanthes dan Amorphopallus titanium dan banyak jenis lainnya seperti anggrek dan jahe-jahean.
Pegunungan Dataran Rendah
Hutan pegunungan dataran rendah diatas 500 mdpl, masih cukup kaya akan jenis, namun kadang terdapat habitat spesifik seperti hamparan rawa yang banyak di jumpai pohon pinus didaerah antara SP-5 dan Gunung Tutung. Hutan rawa yang cenderung asam dapat dilihat dari tumbuhan pemakan serangga Nepenthes sp yang melimpah.
Hutan Pengunungan atau Hutan Lumut
Pada ketinggian diatas 1500 mdpl lantai hutan dan pepohonan sering tertutup oleh kabut, dan umumnya tanah cenderung menjadi asam. Sehingga pada ketinggian tersebut akan dijumpai tumbuhan pemakan serangga Nepenthes sp tetapi Gunung Seulawah Agam adalah menarik sampai puncaknya ph tanah masih netral yaitu 6.5, sehingga sampai puncaknya masih tertutup oleh vegetasi rapat.
Puncak tertinggi di Kawasan Ulu Masen adalah Gunung Peut Sagoe (empat segi) karena memang terdapat empat puncak yang berdekatan, salah satunya Gunung Tutung dan masih aktif , aliran belerang mengalir di sepanjang Sungai Ciko (dalam bahasa Aceh, artinya keruh). Belum ada eksplorasi keanekaragaman hayati yang memadai kearah pegunungan, kecuali Badan Meterologi yang aktif memonitor aktifitas gunung.
Vegetasi Ulu Masen
Tidak ada yang lebih terkenal didunia selain hutan hujan tropis, tidak lain disebabkan oleh rentang ketinggian dan variasi dari tipe tanah. Sumatera tercatat memiliki lebih dari 10.000 jenis vegetasi. Kawasan ini merupakan pelabuhan bagi persebaran tanaman, termasuk didalamnya tumbuhan parasit yang sangat terkenal, seperti bunga Raflesia dan Rizanthes. Tumbuhan pemakan serangga Nepenthes sp dan tumbuhan raksasa Kompasia excelsa yang paling terkenal adalah Depterocarpus sp. Terutama di hutan dataran rendah, sehingga hutan dataran rendah dikenal dengan hutan Dipterocarpacea, tidak lain karena pohon ini cukup tiga individu untuk menutupi luasan satu hektar.
Puslitbang Biologi-LIPI-Birdlife-Indonesia Program 2000 mengkatagorikan hutan-hutan tropis terbagi menjadi beberapa zona berdasarkan ketinggian antara lain; dataran rendah antara 0-750 mdpl, pegunungan dataran rendah lebih dari 750-1500 mdpl dan pegunungan dataran tinggi dengan ketinggian diatas 1500 mdpl.
Aceh adalah sangat menarik dari segi topografi karena mempunyai kisaran ketinggian beragam dari permukaan laut sampai puncak Gunung Leuser 3404 mdpl, rangkaian pegunungan bukit barisan dibagian utara terbagi menjadi tiga rangkaian yaitu :
- Rangkaian Pasee meliputi Gunung Geureudong 2595 mdpl, Gunung Peut Sagoe 2708 mdpl.
- Rangkaian Gayo meliputi Gunung Bumi Telong 2566 mdpl, Gunung Ucap Malu 3187 mdpl,
- Rangkaian Alas Gunung meliputi Gunung Abong-Abong 3015 mdpl, Gunung Leuser 3404 mdpl dan dua gunung yang tidak termasuk rangkaian pegunungan diatas yaitu : Gunung Seulawah Agam 1762 mdpl, dan Gunung Seulawah Inong 868 mdpl.
Ulu Masen merupakan rangkaian ekosistem dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan dengan puncaknya tertinggi Gunung Peut Sagoe 2708 mdpl. Kawasan ini mempunyai nilai strategis sebagai daerah tangkapan air dalam mendukung kelangsungan penduduk disekitarnya, yang menggantungkan hidupnya dari keramahan kawasan ini sebagai pensuplai air, beberapa sungai yang berhulu dari kawasan ini antara lain; Krueng Aceh, Krueng Teunom, Krueng Masen dan Krueng Meureubo.
Untuk Siapa Ulu Masen
Jika kita cermati untuk siapa Ulu Masen ini tentu akan lebih mudah untuk menjawabnya yaitu untuk jutaan masyarakat Aceh yang tinggal dikawasan itu. Seperti yang dijelaskan tulisan diatas, Ulu Masen ini ditegaskan lagi berada di Aceh Jaya, Aceh Barat, Pidie dan Pidie Jaya, Aceh Besar dan sebahagian Bireuen. Kawasan yang luasnya lebih kurang 750.000 hektar ini untuk menjaga dan mempertahankan kehidupan jutaan rakyat Aceh yang sangat bergantung terhadap jasa-jasa lingkungan. Mempertahankan kelestarian hutan sama dengan mempertahankan kehidupan kita hari dan generasi anak cucu kita yang akan datang.
Table-001
Nama DAS | Luas (Ha) |
DAS Teunom | 261.546 |
DAS Woyla | 252,440 |
DAS Masen | 66,559 |
DAS Krueng Aceh | 185,662 |
DAS Lambeuso | 59,868 |
DAS Krueng Sabee | 63,526 |
DAS Meureudu | 48, 521 |
DAS Krueng Meureubo | 139,594 |
DAS Geupe | 44,354 |
DAS Krueng Baro | 54,336 |
DAS Krueng Tiro | 47,654 |
DAS Kuala Unga | 22,525 |
DAS Pante Raja | 27,743 |
DAS Pante Kuyun | 27,212 |
DAS Pongo | 21,744 |
DAS Lelin | 19,290 |
DAS Krian / Samalanga | 25,521 |
DAS Peudada | 37,516 |
DAS Batee | 19,219 |
DAS Bieueu | 32,205 |
DAS Kuala Bubon | 23,146 |
DAS Raya | 12,828 |
DAS Sambang / Pandrah | 11,921 |
DAS Seumayam | 26,472 |
DAS Seunagan | 78,714 |
DAS Kuala Tadu | 34,904 |
DAS Teungku | 17,281 |
DAS Trang | 34,774 |
DAS Tripa | 73,385 |
Sumber : Protected Area, FFI Aceh Program 2007